BAB-7D. Keterangan Mengenai Pengertian Wali (Waliyullah):


  Para waliyullah adalah hamba-hamba ,diluar para Nabi dan Rasul, yang dicintai juga oleh Allah swt. Mereka benar-benar manusia sejarah bukan manusia dongeng, sebagai- mana yang dikatakan oleh sementara orang yang tidak mempercayai adanya kekeramatan (karomah) yang dilimpahkan Allah swt kepada para Wali. Allah swt telah memberikan penjelasan kepada kita tentang para Wali itu, sebagaimananya firman-Nya:

Artinya: “Ketahuilah, bahwa sesungguhnya para Wali Allah itu tidak khawatir terhadap mereka dan tidak pula mereka itu bersedih hati. Mereka adalah orang-orang beriman dan senantiasa bertakwa” (QS Yunus:62-63).

Waliyullah adalah orang yang berpegang teguh pada kebenaran Allah, menjauhkan diri dari segala bentuk maksiat (kedurhakaan) dari yang besar hingga yang kecil, dari yang bersifat lahir sampai yang bersifat bathin.

Waliyullah adalah orang yang sholeh dan besar takwanya kepada Allah swt. Allah swt menganugerahkan kehormatan atau kemuliaan (karomah),menurut kehendak-Nya, kepada siapa saja dari kalangan hamba-hambaNya yang sholeh baik mereka yang dari kalangan umat Muhamad saw maupun dari kalangan para pengikut para Nabi dan Rasul sebelum beliau saw. Allah swt memberi keampunan kepada pihak yang satu demi kemaslahatan pihak yang lain, memaafkan kesalahan pihak yang satu untuk kebaikan pihak yang lain, dan menolong pihak yang satu untuk keselamatan yang lain. Demikianlah sebagaimana yang terdapat didalam hadits-hadits Arafat.

Menurut salah satu dari hadits tersebut, Allah swt berfirman kepada para Malaikat mengenai orang-orang yang berwuquf dipadang Arafat dan berdoa: “Kukabulkan doa mereka dan Aku karunia maaf orang-orang yang buruk dari mereka demi kemaslahatan orang-orang yang baik dari mereka”. Demikianlah yang diriwayatkan oleh Abu Ya’la.

Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Thabrani, Rasulallah saw menyatakan: “Allah mengarunia maaf kepada orang yang buruk diantara kalian untuk kemaslahatan orang yang baik diantara kalian, dan Allah pun akan memberi apa yang diminta oleh orang yang baik.

Karenanya hendaklah kalian berangkat (menunaikan ibadah haji) dengan nama Allah”.

Setelah mereka berkumpul (siap berangkat haji) Rasulallah saw menerangkan: ‘Allah ‘Azza wa Jalla telah memberikan ampunan kepada orang-orang yang baik dari kalian dan menerima permintaan syafaat (pertolongan) mereka bagi orang-orang yang buruk dikalangan kalian’.

Hadits mengenai hal itu yang diriwayatkan oleh Al-Baihaqi adalah sebagai berikut: ‘Aku (Allah) telah mengampuninya dan telah memberi syafaat kepadanya bagi dirinya sendiri. Jika ada hamba-Ku yang mohon hal itu kepada-Ku tentu ia Kuberi syafaat ditempat wuquf ini’.

Hadits-hadits tersebut diatas dikemukakan oleh Al-hafidh Al-Mundziri dalam At-Targhib wat Targhib bab ibadah haji jilid III hal. 323). Hadits-hadits tersebut baik dijadikan dijadikan argumentasi dan pada umumnya dipandang sebagai hadits-hadits shohih.

Bahkan ada pula hadits-hadits yang menegaskan bahwa diantara para hamba Allah yang sholeh, ada yang justru karena kemuliaan (karomah) para waliyullah itu, Allah menurunkan rizki dalam kehidupan dialam wujud. Karena mereka, Allah menurunkan air hujan, memberi kan pertolongan kepada hamba-hambaNya, mencegah datangnya bencana, mendatangkan kebajikan serta menyayangi semua penghuni bumi (hadits-hadits semacam itu antara lain yang diketengahkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan rawi-rawinya adalah para perawi hadits shohih dan diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik ra dan Thabrani didalam Al-Ausath.).

Sayidina Ali bin Abi Thalib kw menuturkan: “Di negeri Syam terdapat orang-orang sholeh, mereka berjumlah empat puluh orang. Bila ada seorang diantara mereka yang wafat, Allah menggantinya dengan orang lain yang menempati kedudukannya. Karena mereka itulah Allah menurunkan air hujan, memenangkan mereka dalam menghadapi musuh dan menghindarkan penduduk negeri itu (Syam) dari bencana adzab/siksa”. Hadits ini di ketengahkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dan rawi-rawinya adalah para perawi hadits shohih. Syarih bin ‘Ubaid –ia dapat dipercaya– mengatakan bahwa ia sudah mendengar hadits tersebut dari Al-Miqdad lebih dulu.

Hadits lain yang diriwayatkan oleh ‘Ubadah bin Shamit menuturkan bahwasanya Rasulallah saw pernah menyatakan:

“Orang-orang Sholeh dikalangan ini (umat Muhamad saw) berjumlah tiga puluh orang. (Mereka itu) seperti Khalilur-Rahman (orang yang amat dekat dengan Allah) ‘Azza wa Jalla. Bila seorang dari mereka wafat, Allah menggantikan pada kedudukannya dengan orang lain”. Hadits ini dikemukakan oleh Imam Ahmad bin Hanbal dengan rawi-rawi shohih. Al-“Ijli dan Abu Zar’ah menilainya sebagai hadits tsiqat (yang boleh dipercaya). Sedangkan selain dua orang ahli hadits ini menilainya lemah.

‘Ubadah bin As-Shamt menuturkan bahwa Rasulallah saw. menyatakan:

“Ditengah ummatku akan senantiasa terdapat tiga pulu orang yang karena mereka itu bumi ini tetap terbentang, karena mereka hujan masih turun dan karena mereka pula kalian beroleh pertolongan’”. Menanggapi pernyataan beliau itu Qatadah berkata: ‘Kuharap Al-Hasan termasuk diantara mereka’ .

Hadits-hadits yang semakna dengan berbeda teks diriwayatkan juga oleh Anas bin Malik ra dan Thabrani didalam Al-Ausath. Bahkan Abu Darda ra juga meriwayatkan bahwasanya Rasulallah saw menegaskan: “Barangsiapa mohon ampunan bagi kaum mu’minin pria dan wanita, duapuluh tujuh kali sehari, ia akan termasuk orang-orang yang dikabulkan permohonannya dan karena orang-orang seperti itulah Allah melimpahkan rizki kepada penghuni bumi”. Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dan dinilainya sebagai hadits hasan/baik, demikian didalam Al-Jami’.

Allah swt mengaruniakan kemuliaan kepada suatu umat termasuk seorang Nabi yang berada ditengah mereka, demi kemaslahatan hidup seekor semut. Abu Hurairah ra. menuturkan bahwa ia mendengar Rasulallah saw pernah menceriterakan:

“Seorang Nabi pada zaman dahulu mengajak rombongan pengikutnya untuk mohon (kepada Allah) agar diturunkan hujan. Tiba-tiba ada seekor semut mengangkat beberapa kaki (depannya) kearah langit. Melihat hal itu Nabi tersebut memberitahu para pengikutnya; ‘Pulang sajalah kalian! Demi semut itu doa permohonan kalian telah dikabulkan”. (HR. Darquthni dalam Misykatul-Mashabih juz 1 hal. 478).

Demi kemaslahatan hidup seekor semut saja Allah swt berkenan mengabulkan permohonan suatu umat bersama nabinya dan menurunkan hujan, apa lagi dengan kemaslahatan hidup para auliya sholihin. Begitu juga apa salahnya jika dikatakan Allah menciptakan Adam as demi habibuna Muhammad saw?

Sebagaimana diketahui, yang dimaksud Muhamad saw adalah dzat beliau, syari’at (agama) beliau dan risalah beliau saw yang bersifat menyeluruh (universal) lengkap dan sempurna.

Share :

0 Response to "BAB-7D. Keterangan Mengenai Pengertian Wali (Waliyullah):"

Posting Komentar