BAB-8K. Mencampur Aduk Antara Ta’dhim/Pengagungan/Penghormatan Dan ’Ibadah


  Masih ada orang yang keliru memahami antara ta’dhim (penghormatan atau pengagungan tinggi) dan ‘ibadah. Kekeliruan ini mengakibatkan pencampur-adukan antara dua kata tersebut sehingga mereka mudah menarik kesimpulan bahwa pengagungan berarti penyembahan.
 
Berdasarkan pengertian yang salah ini mereka berpendapat bahwa bersikap khidmat dan bersikap rendah diri dimuka makam beliau saw. ini dianggap juga sebagai sikap berlebih-lebihan (ghuluw) yang dapat menyeret orang pada sesembahan selain Allah swt. 

Demikian juga mencium tangannya orang-orang yang shalih/wali atau adat istiadat dan tradisi yang berlaku dikalangan masyarakat Jawa, yang tiap hari Raya pada umumnya orang Jawa juga yang beragama Islam mereka berjongkok (bersungkem) didepan ayah ibunya masing-masing. Semuanya ini oleh orang yang bepengertian salah dianggap merupakan sikap yang berlebih-lebihan dan perbuatan mungkar/ haram yang harus diberantas.

Sebenarnya semuanya itu sama sekali tidak bisa diartikan penyembahan dan tidak terlintas sama sekali dalam hati dan pikiran mereka bahwa mereka itu menyembah pada orang-orang sholeh/wali yang dicium tangannya atau berjongkok didepan ayah bundanya sebagai Tuhan! Tidak lain semuanya itu disebut ta’dhim (pengagungan dan penghormatan tinggi).

 Sama halnya kalau kita ber-rukuk, bersujud didepan bangunan Ka’bah bukan berarti bahwa kita menyembah Ka’bah tapi yang kita sembah adalah Allah swt. Bila ada orang yang mempunyai pikiran bahwa bersujud dihadapan bangunan Ka’bah sebagai penyembahan maka dia bukan termasuk orang yang beriman! Jadi yang penting disini adalah keyakinan kita terhadap orang (obyek) yang diagungkan atau dihormati tersebut.

Kita semua mengetahui bahwa yang tidak boleh dilakukan ialah bila orang memandang Rasulallah saw., para ahli waliyullah serta orang-orang sholih memiliki sifat-sifat Rububiyyah (ketuhanan) secara hakiki/sebenarnya dan mengagung-agungkan mereka sebagai Tuhan! Inilah yang dilarang oleh syariat Islam. Selama kita masih menyakini bahwa beliau saw. adalah manusia yang paling mulia diantara makhluk-makhluk Ilahi dan dimuliakan serta dipuji-puji oleh Allah swt., begitu pun juga para ahli taqwa termasuk makhluk Ilahi yang mulia, maka itu sama sekali tidak menyalahi syariat dan sunnah !

Sebagaimana yang telah dikemukakan sebelumnya mengenai sujudnya Malaikat terhadap nabi Adam as. dan sujud saudara-saudara Nabi Yusuf as. terhadap nabi Yusuf as. (QS Al-Isra’: 61-62 dan Surat Yusuf: 100). Ahli tafsir bersepakat bahwa arti sujud didua ayattersebut bukanlah sujud penyembahan tapi sujud penghormatan, pengagungan dan pemuliaan kepada Nabi Adam as. dan Nabi Yusuf as. Allah swt. sendiri malah memerintahkan para malaikat-Nya menghormati dan memuliakan Adam as dengan cara bersujud pada Adam as. Juga Dia berfirman dalam kitab-Nya bahwa saudara-saudara Nabi Yusuf bersujud pada Nabi Yusuf as. tanpa dicela oleh Allah swt. perbuatan mereka itu.
 
Kalau masalah sujudnya para malaikat kepada Adam as yang diperintahkan oleh Allah swt. dan sujudnya saudara-saudara Yusuf pada nabi Yusus tidak harus berarti menyembah atau mempertuhankan sesuatu, bagaimana tercelanya sebagian saudara kita muslimin yang berani melontarkan kata-kata penyembahan, perbuatan mungkar kepada orang yang sekedar cium tangannya para sholihin, berdiri khidmat didepan makam Rasulallah saw. atau makam para ahli takwa, membaca syair-syair pemuliaan serta pengagungan terhadap Nabi saw., para ahli takwa? Tidak lain golongan pengingkar ini tidak bisa membedakan antara Ta’dhim dan ‘Ibadah!

Mengapa mereka tidak mengecam sujudnya para malaikat terhadap Adam as. dan sujudnya saudara-saudara Yusuf as. terhadap Nabi Yusuf as sebagai perbuatan sesat, berlebih-lebihan (ghuluw) atau syirik juga, padahal inti dan maknanya toh sama yaitu sujud tersebut untuk penghormatan dan pemuliaan? Apakah mungkin Allah swt. akan memerintahkan para malaikat-Nya sujud pada Adam as sebagaipenyembahan bukan sebagai penghormat an saja? Tentu Tidak Mungkin, karena penyembahan selain kepada Allah swt. adalah perbuatan syirik, sedangkan syirik adalah amalan yang dibenci oleh Allah swt.!

Golongan pengingkar ada yang melarang dan membid'ahkan orang yang menyebut sayidina atau maulana Muhamad saw (keterangan baca sayidina, silahkan baca bab Bid'ah di website ini) dan mereka berkata kita cukup sebut dengan nama beliau saja, misalnya:‘Muhammad mengatakan begini dan begitu…’. Tapi mereka sendiri bila menyebut seorang pejabat tinggi pemerintahan, seorang Raja atau menteri baik yang masih hidup atau sudah wafat selalu menggunakan kata-kata Pemimpin kita yang mulia, Bapak yang terhormat, dan lain sebagainya terhadap mereka . 

Seolah-olah dihati mereka tidak terdapat sama sekali perasaan wajib menghormati seorang Nabi dan Rasulallah yang di imani dan ditaatinya serta diperintahkan oleh Allah swt untuk menghormati dan tidak memanggil Rasulallah saw. sebagaimana memanggil satu sama lain diantara kalian. 

Dengan sikap demikian itu mereka seakan-akan juga menempatkan Rasulallah saw. dibawah martabat para Raja dan pejabat pemerintahan! Kami berlidung pada Allah swt. dalam hal ini. Dan lebih heran lagi diantara mereka sendiri sering menyebut nama seseorang dengan kata-kata sayid... !! Semoga kita semua diberi hidayah oleh Allah swt.Amin

Share :

0 Response to "BAB-8K. Mencampur Aduk Antara Ta’dhim/Pengagungan/Penghormatan Dan ’Ibadah"

Posting Komentar